STATUS, PERAN, IDENTITAS DAN INTERAKSI SOSIAL
TUGAS 4 SOSIOLOGI
X.10
Anggota kelompok:
1. Aida Aqila Rachman/2
2. Anindita Tiara Pamuji/7
3. Fathya Khanza Andini/17
4. Sofia Latifa Alima Gustian/32
5. Rifa Nafiisah Putri/33
6. Yudivia Zaskia Jelita Dinanti/35
1. Jelaskan perbedaan tindakan sosial dan interaksi sosial!
- Tindakan sosial lebih menekankan pada tindakan individu yang dipengaruhi oleh atau bertujuan untuk memengaruhi orang lain, tetapi tidak selalu melibatkan respon langsung dari pihak lain.
- Interaksi sosial selalu melibatkan dua pihak atau lebih dalam hubungan timbal balik, di mana terjadi aksi dan reaksi yang jelas antara satu sama lain.
Secara sederhana, tindakan sosial adalah tindakan yang mempertimbangkan keberadaan orang lain, sedangkan interaksi sosial adalah proses hubungan timbal balik di antara individu atau kelompok.
2. Analisis Tindakan Sosial
a. Tradisional
Pada scene ini menunjukkan Bapak mudik saat lebaran. Bagi banyak orang di Indonesia, mudik sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Mereka melakukannya bukan karena pertimbangan logis atau karena akan mendapatkan keuntungan tertentu, melainkan karena ada nilai sosial dan budaya yang melekat. Dengan mudik, orang memperkuat ikatan dengan keluarga besar, menjaga tradisi berkumpul, dan melestarikan budaya pulang kampung yang dianggap penting dalam kehidupan sosial.
15:20
b. Afektif
Pada scene ini, sang Bapak seharusnya naik keatas kereta tetapi Bapak memilih untuk diam di peron, meilhat keretanya lewat karena Bapak merasa malu untuk pulang ke kampung dengan statusnya sebagai mantan narapidana, Bapak berpikir apa mungkin keluarganya masih menerima Bapak. Dalam tindakan afektif, rasa malu memunculkan respons yang terjadi secara alami dan tanpa melalui pertimbangan atau perencanaan rasional.
0:25-1:20
3. Analisis Video Teori Perkembangan Manusia
a. Teori Nativisme
Kirana memiliki bakat menulis cerita, bakat tersebut diturunkan dari ayahnya yang merupakan seorang penulis buku. Teori ini menyatakan individu dilahirkan dengan membawa sifat-sifat tertentu yang kemudian akan menjadi penentu keadaan individu kedepannya.
(Adegan saat Kirana sedang menulis cerita untuk lomba)
b. Teori Empirisme
Usaha Kirana dalam mengajari Risang agar bisa membaca, mulai dari mengeja huruf. Risang belajar membaca bukan karena faktor bawaan, tetapi melalui pengalaman langsung, bimbingan, dan latihan yang diberikan oleh ibu Kirana. Empirisme berpendapat bahwa semua pengetahuan dan kemampuan diperoleh melalui pengalaman
(Adegan saat Kirana mengajari Risang membaca)
c. Teori Konvergensi
Risang memiliki faktor keturunan yaitu memiliki bakat menggambar, Risang bisa menuangkan imajinasinya kedalam selembar kertas. Meski ia belum lancar membaca, Ibu dan Kirana terus mendukung Risang dan mengajarinya perlahan. Dalam teori ini, faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan individu.
(Adegan Risang sedang menggambar)
(Adegan saat Ibu memberi motivasi kepada Risang)
d. Teori Naturalisme
Kirana dan Risang lahir dengan bakatnya masing-masing, yaitu menulis dan menggambar. Sehari-hari, Ayah dan Ibu juga senang membacakan buku untuk mereka agar bisa menumbuhkan imajinasi yang bisa dituangkan dalam bentuk tulisan atau gambar. Untuk mengembangkan bakat mereka, Ibu berinisiatif untuk mencarikan lomba menulis buku cerita anak. Dalam teori ini, perkembangan individu ditentukan oleh yang memengaruhinya.
(Adegan saat Ayah memberikan wawasan mengenai buku)
(Adegan saat Ibu membacakan buku kepada Kirana dan Risang)
(Adegan saat Ibu mengajak mereka mengikuti lomba)
4. Seorang tunarungu (tuli) menggunakan isyarat ketika berbicara. Apakah hal tersebut merupakan interaksi sosial? Jelaskan menggunakan argumen kelompok!
Penggunaan bahasa isyarat oleh seorang tunarungu (tuli) dalam berkomunikasi merupakan bentuk interaksi sosial. Penggunaan bahasa isyarat memungkinkan individu yang tunarungu untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan informasi kepada orang lain, serta memahami respons atau isyarat balik dari lawan bicara mereka, walaupun menggunakan cara yang berbeda, komunikasi melalui bahasa isyarat tetap memenuhi syarat sebagai interaksi sosial karena terdapat komunikasi timbal balik, penyampaian pesan.
Interaksi sosial tidak bergantung pada bentuk komunikasi verbal saja, tetapi pada kemampuan untuk saling memengaruhi. Kelompok tuli menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa utama mereka. Meskipun berbeda dari komunikasi verbal, komunikasi ini tetap efektif menciptakan hubungan sosial. Dalam interaksi antar kelompok tuli, bahasa isyarat memungkinkan mereka untuk membangun hubungan yang erat dan saling memahami satu sama lain.
Jadi, walaupun bentuknya non-verbal, komunikasi melalui bahasa isyarat tetap merupakan interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan definisi interaksi sosial sebagai proses di mana individu atau kelompok saling bertukar pesan dengan tujuan berhubungan, yang dalam komunitas tuli diwujudkan lewat bahasa isyarat.
6. Ilustrasi Komik
7. Contoh Konsekuensi Identitas Sosial
Inklusia. Komunitas Hobi atau Minat yang Sama
Misalnya, seseorang yang memiliki minat pada olahraga tertentu, bisa merasa diterima dan diikutsertakan dalam komunitas. Karena memiliki identitas sosial yang sama, anggota komunitas ini akan merasa nyaman dan mudah berinteraksi satu sama lain.
b. Komunitas Etnis atau Suku
Di negara yang multikultural, orang-orang dari suku atau etnis yang sama berkumpul dalam komunitas tertentu, misalnya komunitas perantauan dari daerah yang sama. Mereka saling mendukung dan merasa lebih diterima karena adanya kesamaan identitas sosial, yang memperkuat solidaritas.
c. Kelompok Mahasiswa dengan Latar Belakang Sama
Di universitas, mahasiswa dengan latar belakang asal daerah yang sama sering membentuk kelompok atau organisasi mahasiswa daerah. Keberadaan kelompok ini memungkinkan mereka merasa lebih inklusif dan terlibat di lingkungan yang besar seperti kampus, karena memiliki kesamaan identitas sebagai perantau dari daerah yang sama.
Eksklusia. Eksklusi dalam Lingkungan Kerja Berdasarkan Gender
Di beberapa tempat kerja, terdapat bias gender yang bisa mengakibatkan eksklusi. Misalnya, perempuan dalam industri yang didominasi laki-laki, seperti teknologi atau teknik, merasa tersisih atau tidak dianggap serius dalam pertemuan atau proyek tertentu, hanya karena mereka perempuan.
b. Eksklusi Berdasarkan Status Sosial atau Ekonomi
Dalam lingkungan sekolah, anak dari latar belakang ekonomi kurang mampu bisa mengalami eksklusi dari pergaulan yang lebih eksklusif. Misalnya, mereka tidak diundang ke acara atau kegiatan yang melibatkan biaya tinggi, yang membuat mereka merasa tersisih dan tidak dianggap setara.
c. Eksklusi Berdasarkan Agama atau Keyakinan
Seseorang dari agama atau keyakinan minoritas di lingkungan yang didominasi agama tertentu bisa merasa diasingkan karena praktik atau ritualnya yang berbeda. Misalnya, seorang siswa beragama minoritas tidak diikutsertakan dalam kegiatan sosial tertentu di sekolah karena pandangan atau kebiasaannya berbeda.
Comments
Post a Comment