KELOMPOK 6 TUGAS 4
STATUS SOSIAL, IDENTITAS SOSIAL, TINDAKAN SOSIAL, DAN INTERAKSI SOSIAL
Anggota Kelompok:
- Abiyyu Davan Purnama/ 1
- Aji Muhammad Raihan/ 4
- Evan Farrel Arkana Jainuri/ 16
- M. Raihan Febryansyah/ 28
- M. Ramadhan Satrio. H/ 29
- Raditya Fathurrohman A. N/ 31
1. Perbedaan Tindakan Sosial dan Interaksi Sosial
Tindakan Sosial dan Interaksi Sosial merupakan 2 hal yang berbeda, perbedaannya yaitu, tindakan sosial adalah sebuah tindakan personal individu yang memiliki makna subjektif yang ditunjukkan kepada seseorang, baik mempengaruhi atau dipengaruhi. Tindakan sosial dilakukan dengan mempertimbangkan reaksi atau pandangan dari individu lain. Misalnya, seseorang memakai kemeja yang rapi saat menghadiri acara formal agar dinilai orang lain sopan.
Sedangkan interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Contohnya yaitu 2 orang teman yang saling bercakap cakap.
2. Analisis Video “Pulang”
Film “Pulang” tersebut menggambarkan 2 tindakan Bapak yaitu yang awalnya ragu ingin pulang dan akhirnya ingin pulang setelah bertemu dengan anaknya, Naila. Kedua tindakan Bapak ini merupakan golongan tindakan afektif menurut Max Weber, karena kedua tindakan ini didasari pada konflik emosi Bapak yang masih ragu apakah keluarganya mau menerima dirinya setelah menajadi mantan narapidana, dan akhirnya konflik emosi itu terselesaikan dengan adanya Naila yang menjemput Bapak untuk pulang.
Tindakan kedua yaitu ada Rasionalitas Nilai, dimana Bapak dan petugas KAI mengingatkan seorang penumpang yang tak sengaja meninggalkan barangnya. Tindakan ini dianggap sebagai tindakan rasionalitas nilai karena termasuk tindakan yang mempertimbangan nilai nilai di masyarakat seperti saling membantu dan mengingatkan.
3. Analisis Film “Melukis Pantai”
a. Nativisme
Terlihat pada tokoh Risang tidak dapat membaca dengan jelas di uasianya yang terbilang tidak lagi balita di karenakan kurangnya perhatian dari seorang ibu yang sibuk bekerja dan ayah yang telah meninggal, 6.10 dijelaskan bahwa alasan kurang perhatian nya tokoh Risang dari sosok orang tua yang menyebabkan ia terlambat membaca.
b. Empirisme
Pada menit 1.18 dan 8.30 seorang Risang tak lepas dari asuhan dan didikan seorang kakak yang selalu mengajari nya cara membaca dengan benar dan jelas, ia selalu di bimbing secara perlahan oleh sang kakak yang mencurahkan perhatian penuh kepada adiknya yang mengalami kesulitan membaca.
c. Konvergensi
Pada video tersebut menit 3.50-5.25 Risang dan Kirana termotivasi untuk membaca dan menulis karena apa yg ayahnya katakan. 6.15-6.30 pada menit ini Risang menangis karena tidak bisa membaca tetapi dengan dukungan ibunya, Risang tetap berusaha untuk bisa membaca.13.30-13.58 pada menit ini Risang dan Kirana ditawarkan ibunya untuk mengikuti lomba dan terdapat hadiah berupa uang jutaan yg membuat Risang dan Kirana termotivasi untuk memenangkan lomba tersebut karena rencananya uang itu untuk liburan ke Lombok.
d. Naturalisme
Pada video ini terlihat bahwa ekonomi keluarga Risang dan Kirana belum tercukupi karena terlilit hutang.Tetapi Risang dan Kirana mengurungkan niat untuk pergi ke Lombok dan lebih memilih membantu perekonomian keluarganya.Mereka membantu membayar hutang dengan uang hasil lombanya.Hal ini terdapat pada menit 23.15.
4. Seorang tunarungu yang berbahasa isyarat
Seorang tunarungu yang berbicara menggunakan bahasa isyarat merupakan interaksi sosial. Meskipun taka da komunikasi verbal yang dilakukan, namun bahasa isyarat menduduki peran sebagai aksi timbal balik antar tunarungu dan lawan bicaranya. Bahasa isyarat ini bisa menjadi perantara bagi sang tunarungu untuk mengeluarkan emosi, pikiran informasi, dan sebagainya. Bahasa isyarat ini juga bisa menjadi perantara bagi sang tunarungu untuk menerima informasi atau lainnya, sehingga sang tunarungu juga bisa merespons kembali. Jadi, selama ada pertukaran pesan yang terjadi diantara sang tunarungu dan lawan bicaranya, maka hal ini tetap digolongkan sebagai interaksi sosial.
5. Video Kreasi
6. Kreasi komik mengenai ID, EGO, DAN SUPEREGO
7. Contoh Inklusi dan Eksklusi
Inklusi:
1. Siswa dengan minat yang sama, seperti anggota klub sepak bola, secara alami merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Mereka merasakan inklusi karena memiliki kesamaan minat yang menciptakan rasa kebersamaan dan identitas kelompok.
2. Karyawan yang berasal dari departemen yang sama atau memiliki proyek bersama sering merasa inklusif satu sama lain karena berbagi tujuan dan tanggung jawab yang sama. Ini membangun identitas kelompok dalam konteks kerja, di mana mereka merasa "kita" dalam departemen tersebut.
3. Seseorang yang berasal dari etnis atau agama yang sama cenderung merasakan inklusi ketika berpartisipasi dalam kegiatan komunitas, seperti perayaan keagamaan atau acara adat, yang memperkuat identitas sosial mereka dan memberikan rasa memiliki.
4. Orang yang terlibat dalam acara amal merasa inklusi karena mereka berbagi nilai kepedulian terhadap orang lain. Ini menciptakan ikatan sosial melalui nilai dan tujuan bersama dalam membantu sesama.
Eksklusi:
1. Siswa yang dianggap "berbeda" karena latar belakang, gaya berpakaian, atau minat yang unik sering kali mengalami eksklusi dari kelompok-kelompok populer, yang membedakan mereka sebagai "bukan bagian dari kita."
2. Karyawan yang berbeda dalam hal budaya, gender, atau orientasi sering menghadapi eksklusi jika rekan kerja memiliki stereotip atau prasangka. Mereka mungkin tidak diajak berpartisipasi dalam kegiatan tim atau jaringan sosial internal, menyebabkan perasaan diabaikan atau tidak dihargai.
3. Dalam komunitas tertentu, orang dengan status ekonomi lebih rendah kadang mengalami eksklusi dari kelompok-kelompok elit yang mungkin menganggap mereka "tidak setara." Hal ini memperkuat perbedaan identitas sosial yang berdasarkan pada kelas ekonomi.
4. Di beberapa lingkungan, seseorang yang berbicara dengan aksen atau bahasa daerah tertentu mungkin dianggap berbeda dan tidak diikutsertakan dalam kelompok yang dominan, sehingga ia merasa terasing karena perbedaan bahasa tersebut.
Comments
Post a Comment